Dalam berinteraksi masyarakat jawa pasti memerhatika bahasa yang digunakan. Tentunya bahasa yang digunakan sesuai dengan siapa yang diajak berbicara. Bahasa Jawa merupakan bahasa yang mengenal adanya tingkat tutur atau undha-usuk basa atau unggah-ungguh basa. Adanya tingkat tutur dalam bahasa jawa merupakan adat sopan santun berbahasa Jawa. Sopan santun ini mencerminkan perilaku kebahasaan yang sebenarnya juga tercermin dari perilaku masyarakat.
Undha-usuk bahasa Jawa zaman kejawen mengenal enam tingkat tutur. Sedangkan undha-usuk di zaman modern mengenal dua tingkat tutur (Harjawiyana dan Supriya, 2001:18). Tingkat tutur tersebut adalah :
Undha-usuk basa dizaman kejawen
1. Basa ngoko » ngoko lugu
» ngoko andhap » antya basa
» basa antya
2. Basa madya » madya ngoko
» madyantara
» madya krama
3. Basa krama desa
4. Basa krama » mudha krama
» kramantara
» wredha krama
5. Basa krama inggil
6. Basa kedhaton
Undha-usuk basa dizaman modern
1. Basa ngoko » ngoko lugu
» ngoko alus
2. Basa krama » krama lugu
» krama alus
Bahasa bersifat dinamis, Artinya akan selalu berubah mengikuti perkembangan zaman. Hal ini berlaku juga untuk bahasa Jawa.
Setelah diungkap pada bagian pendahuluan bahwa tingkat tutur bahasa Jawa semakin sederhana. Tingkat tutur bahasa Jawa digolongkan menjadi dua, yaitu ngoko dan krama. Ngoko dibagi menjadi dua, yaitu ngoko lugu dan ngoko alus, sedangkan krama dibagi menjadi dua, yaitu krama lugu dan krama alus.
A. Ngoko Lugu
Digunakan untuk berkomunikasi dengan orang yang kedudukan atau statusnya lebih rendah, misalnya guru dengan murid.Contoh : “saiki uwes padha mudeng apa urung? ”
B. Ngoko Alus
digunakan untuk menghormati orang lain yang diganti menjadi krama inggil kalau tidak ada makan tetap menggunakan ngoko. Misalnya anak dengan orang yang lebih tua atau teman sepantaran.contoh : “ Guru sing anyar iku asmane sapa?”
C. Krama Lugu
Digunakan oleh peserta tutur yang belum atau tidak akrab, misalnya baru kenal.Contoh : “ Nyuwun sewu, samenika kula dereng kenal sampeyan”
D. Krama Alus
Digunakan untuk mengormati orang yang lebih tinggi stratanya atau tingkat umurnya.Contoh : “Simbah gerah sampun tingan dinten menika”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar