SERAH-SERAHAN
Setelah dicapai kata sepakat oleh
kedua belah pihak orang tua tentang perjodohan putra-putrinya, maka
dilakukanlah 'serah-serahan' atau disebut juga 'pasoj tukon'.Dalam kesempatan
ini pihak keluarga calon mempelai putra menyerahkan barang-barang tertentu
kepada calon mempelai putri sebagai 'peningset', artinya tanda pengikat.Umumnya
berupa pakaian lengkap, sejumlah uang, dan adakalanya disertai cincin emas buat
keperluan 'tukar cincin'.
PIGITAN
Saat-saat menjelang perkawinan,
bagi calon mempelai putri dilakukan 'pingitan' atau 'sengkeran' selama lima
hari, yang ada pada perkembangan selanjutnya hanya cukup tiga hari saja. Selama
itu calon mempelai putri dilarang keluar rumah dan tidak boleh bertemu dengan
calon mempelai putra. Seluruh tubuh
pengantin putri dilulur dengan ramu-ramuan, dan dianjurkan pula
berpuasa.Tujuannya agar pada saat jadi pengantin nanti, mempelai putri tampil
cantik sehingga membuat pangling orang yang menyaksikannya.
PASANG BLEKETEPE/TARUP
Upacara pasang 'tarup' diawalkan
dengan pemasangan 'bleketepe' (anyaman daun kelapa) yang dilakukan oleh
orangtua calon mempelai putri, yang ditandai pula dengan pengadaan sesajen. Tarup adalah bangunan darurat yang
dipakai selama upacara berlangsung.Pemasangannya memiliki persyaratan khusus
yang mengandung makna religius, agar rangkaian upacara berlangsung dengan
selamat tanpa adanya hambatan. Hiasan tarup, terdiri dari daun-daunan dan
buah-buahan yang disebut 'tetuwuhan' yang
memiliki nilai-nilai simbolik.
SIRAMAN
Makna upacara ini, secara simbolis
merupakan persiapan dan pembersihan diri lahir batin kedua calon mempelai yang
dilakukan dirumah masing-masing. Juga merupakan media permohonan doa restu dari
para pinisepuh. Peralatan yang dibutuhkan, kembang setaman, gayung, air yang
diambil dari 7 sumur, kendi dan bokor.
MIDODARENI
Ini adalah malam terakhir bagi
kedua calon mempelai sebagai bujang dan dara sebelum melangsungkan pernikahan
ke esokan harinya. Ada dua tahap upacara di kediaman calon mempelai putri. Tahap pertama, upacara 'nyantrik',
untuk meyakinkan bahwa calon mempelai
putra akan hadir pada upacara pernikahan yang waktunya sudah ditetapkan.
Kedatangan calon mempelai putra diantar oleh wakil orangtua, para sepuh,
keluarga serta kerabat untuk menghadap calon mertua.
Tahap kedua, memastikan bahwa
keluarga calon mempelai putri sudah siap melaksanakan prosesi pernikahan dan
upacara 'panggih' pada esok harinya.Pada malam tersebut, calon mempelai putri
sudah dirias sebagaimana layaknya. Setelah menerima doa restu dari para
hadirin, calon mempelai putri diantar kembali masuk ke dalam kamar pengantin,
beristirahat buat persiapan upacara esok hari. Sementara para pni sepuh,
keluarga dan kerabat bisa melakukan 'lek-lekan' atau 'tuguran', dimaksudkan
untuk mendapat rahmat Tuhan agar seluruh rangkaian upacara berjalan lancar dan
selamat.
IJAB QOBUL
Pernikahan, merupakan upacara
puncak yang dilakukan menurut keyakinan agama si calon mempelai.Bagi pemeluk
Islam, pernikahan bisa dilangsungkan di masjid atau di kediaman calon mempelai
putri.Bagi pemeluk Kristen dan Katolik, pernikahan bisa dilangsungkan di
gereja.
Ketiga pernikahan berlangsung,
mempelai putra tidak diperkenankan memakai keris. Setelah upacara pernikahan
selesai, barulah dilangsungkan upacara adat, yakni upacara 'panggih' atau
'temu'.
PANGGIH
Sudah menjadi tradisi, prosesi ini
berurutan secara tetap, tapi dimungkinkan hanya dengan penambahan variasi
sesuai kekhasan daerah di Jawa Tengah. Diawali dengan kedatangan rombongan
mempelai putra yang membawa 'sanggan', berisi 'gedang ayu suruh ayu',
melambangkan keinginan untuk selamat atau 'sedya rahayu'. sanggan tersebut
diserahkan kepada ibu mertua sebagai penebus.
BALANGAN SIRIH
Mempelai putri dan mempelai putra
dibimbing menuju 'titik panggih'. Pada jarak lebih kurang lima langkah,
masing-masing mempelai saling melontarkan sirih atau gantal yang telah
disiapkan. Arah lemparan mempelai putra diarahkan ke dada mempelai putri,
sedangkan mempelai putri mengarahkannya ke paha mempelai putra. Ini sebagai
lambang cinta kasih suami terhadap istrinya, dan si istri pun menunjukan
baktinya kepada sang suami.
WIJIK
Mempelai putra menginjak telur ayam
hingga pecah.Lalu mempelai putri membasuh kaki mempelai putra dengan air
kembang setaman, yang kemudian dikeringkan dengan handuk.Prosesi ini
malambangkan kesetiaan istri kepada suami.Yakni, istri selalu berbakti dengan
sengan hati dan bisa memaafkan segala hal yang kurang baik yang dilakukan
suami.Setelah wijik dilanjutkan dengan 'pageran', maknanya agar suami bisa
betah di rumah.
SINDURAN
Prosesi ini menyampirkan kain
sindur yang berwarna merah ke pundak kedua mempelai (memperlai putra di sebelah
kanan) oleh bapak dan ibu mempelai putri. Saat berjalan perlaham-lahan menuju
pelaminan dengan iringan gending, Paling depan di awali bapak mempelai putri
mengiringi dari belakang dengan memegangi kedua ujung sindur. Prosesi ini
menggambarkan betapa kedua mempelai telah diterima keluarga besar secara utuh,
penuh kasih sayang tanpa ada perbedaan anatara anak kandung dan menantu.
BOBOT TIMBANG
Kedua mempelai duduk dipangkuan
bapak mempelai putri.Mempelai putri berada dipaha sebelah kiri, mempelai putra
dipaha sebelah kanan. Upacara ini disertai dialog antara ibu dan bapak mempelai
putri. "Abot endi bapakne?" ("Berat yang mana, Pak) kata sang
ibu. "Podo, podo abote," ("Sama beratnya") sahut sang
bapak. Makna dari upacara ini adalah kasih sayang orangtua terhadap anak dan
menantu sama besar dan beratnya.
KACAR-KUCUR
Pemberian
'guno koyo' atau 'kacar-kucur' ini melambangkan pemberian nafkah yang pertama
kali dari suami kepada istri. Yakni berupa : kacang tolo merah, keledai hitam,
beras putih, beras kuning dan kembang telon ditaruh didalam 'klasa bongko' oleh
mempelai putra yang dituangkan ke pangkuan mempelai putri. Di pangkuan mempelai
putri sudah disiapkan serbet atau sapu tangan yang besar.Lalu guno koyo dan
kacar-kucur dibungkus oleh mempelai putri dan disimpan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar