Dalam syair tembang dolanan yang berjudul
Ilir-ilir mengandung makna religius (keagamaan). Sedangkan maksud yang
terkandung dalam tembang tersebut adalah kita sebagai umat manusia diminta
bangun dari keterpurukan untuk lebih mempertebal iman dan berjuang untuk
mendapatkan kebahagiaan seperti bahagianya pengantin baru. Meminta Si anak
gembala untuk memetikkan buah blimbing yang diibaratkan perintah salat lima
waktu. Yang ditempuh dengan sekuat tenaga kita tetap berusaha menjalankan Rukun
Islam apapun halangan dan resikonya. Meskipun ibarat pakaian kita terkoyak
lubang sana sini, namun kita sebagai umat diharapkan untuk memperbaiki dan
mempertebal iman dan taqwa agar kita siap memenuhi panggilan Ilahi robbi.
B. TEMBANG DHOLANAN PADANG BULAN
Dalam tembang dolanan padang bulan mengandung
makna religius (kagamaan). Maksud dari tembang dolanan tersebut adalah kita
hendaknya bersyukur kepada yang Maha Kuasa untuk menikmati keindahan alam.
Untuk menunjukkan rasa syukur itu kita diharapkan tidak tidur terlalu sore
karena kita bisa melaksanakan ibadah di waktu malam.
C. TEMBANG DHOLANAN DHONDHONG APA SALAK
Dalam syair tembang dolanan ini kita dihadapkan
pada dua pilihan. Ibarat buah kedondong yang bagian luarnya halus tetapi bagian
dalamnya kasar dan tajam, dan sebaliknya buah salak yang bagian luarnya kasar
ternyata bagian dalamnya halus. Di sini kita dihadapkan pada dua karakter,
Lebih baik kita berbuat yang baik secara lahir maupun batin seperti buah duku,
daripada kita berbuat yang dari luar kelihatan bagus tetapi di dalamnya kasar
dan tajam seperti buah kedondon. Demikian sebaliknya, lebih baik kita berbuat
terlihat kasar dari luar tetapi dalamnya halus seperti buah salak. Berbuatlah
sesuatu yang baik dan tidak menyakitkan, baik itu secara lahir maupun batin.
Sedangkan syair andhong apa mbecak, mlaku dimik-dimik mempunyai maksud memilih
salah satu makna yang dimaksud dalam syair tersebut . Andong adalah sebuah
kendaraan angkutan yang menggunakan tenaga hewan sebagai penariknya, sedangkan
becak adalah kendaraan angkut yang memanfaatkan tenaga manusia sebagai
pendorongnya. Dalam syair ini terdapat nilai budi pekerti kemandirian, kita
tidak boleh menyusahkan orang lain atau makhluk lain, kita harus hidup mandiri,
berjalan di atas kaki sendiri meskipun pelan-pelan dan tertatih-tatih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar